Selasa, 20 Desember 2011

Sang Pemimpin Belanja Sayur

Pagi-pagi ba'da shubuh dan bebenah, seperti biasa acara rutin sebagian ibu-ibu adalah belanja. Demikian pula aku. Udara masih dingin kala itu. Kuturuni tangga kontrakanku. Kujumpai sebagian ibu-ibu berjalan menuju titik yang sama, tempat belanja! Tanah kapling di bawah kontrakanku masih banyak yang belum dibangun. Aku berjalan tepat di samping rumah ustadz Hidayat Nurwahid, Presiden Partai Keadilan. Di belakang rumah beliau, rumput masih banyak tumbuh dan tanah sedikit berair menyisakan tanda-tandarawa yang masih belum sepenuhnya teruruk.

Aku terus berjalan. Naik beberapa tangga, melalui pintu gerbang SDIT Iqro' Pondok Gede yang sudah terkuak. Rumah ustadz Rahmad Abdulah yang asri dan sederhana kulewati. Rumah yang tiap dua hari sepekan kusambangi sebab di situlah aku belajar tahsin pada istri beliau. Aku terus berjalan melalui beberapa rumah para aktvis da'wah hingga akhirnya sampailah ke tempat belanjaan.

Belum selesai aku memilih-milih, tiba-tiba muncul laki-laki yang di lingkungan kami sangat dikenal dan tidak asing. Beliau bersama putranya. Kemunculannya tentu sangat tidak diduga. Kami para ibu pun mempersilakan beliau untuk mendapat pelayanan terlebih dulu. Beliaulah satu-satunya laki-laki saat itu. Aku memperhatikannya. Subhanalah, tak ada kecanggungan.

Sesampai di rumah kuceritakan apa yang kulihat pada suamiku, dengan penuh kekaguman.

"Ya, begitulah yang terjadi dalam keluarga beliau. Saling taawun antara suami istri tanpa harus dibatasi oleh pemisahan pekerjaan yang kaku," komentar suamiku yang berinteraksi cukup intensif.

Esoknya aku menjalani rutinitas yang sama, belanja. Di jalan, aku berpapasan dengan laki-laki itu kembali, bersama putranya.

"Belanja ustadz?" Aku sengaja menyapa.

"Iya, istri lagi sakit perut dan khodimah (pembantu) pulang," jawab beliau sambil tersenyum.

Aku mengangguk-angguk. Subhanalah, aku jadi teringat Ammar bin Yasir ketika menjabat sebagai Gubernur. Beliau kadang belanja di pasar dan mengikat serta memanggul sayuran sendirian. Inilah profil yang perlu dijadikan teladan.

Laki-laki yang saya jumpai itu, yang belanja di tukang sayur itu adalah ustadz Ahmad Heriawan Lc. Beliau adalah ketua Partai Keadilan DKI Jakartadan anggota DPRD DKI Jakarta. Saya tidak akan terheran-heran jika beliau belanja bersama istri dan anak-anaknya di Supermarket, yang bagi keluarga muda atau keluarga jaman sekarang hal yang biasa dan sangat tidak tabu. Tetapi ini harus berbelanja dan ikut antri dengan paraibu rumah tangga, walau pada akhirnya beliau dipersilakan untuk dilayani lebih dahulu.

Lagi-lagi dengan takjub saya menceritakan apa yang saya lihat kepada suami saya. Sebagai orang yang intensif bertemu dengan beliau bahkan banyak menimba ilmu kepada beliau, suami saya berkata,

"Ustadz Heriawan memang subhanaloh Dik. Sebagai muridnya, saya merasakan kedekatan. Ketika sholat jama'ah di masjid misalnya, beliau kadang-kadang secara tiba-tiba merangkul saya dari belakang. Saya juga beruntung mempunyai jadwal ronda dengan beliau."



Ya, suami saya memang beruntung, beliau mendapat jadwal ronda bersama ustadz Ahmad Heriawan dan Ustadz Satori Ismail, sehingga pembicaraan kala ronda adalah pembicaraan-pembicaraan yang bermutu.

Ah… saya jadi menghayal, seandainya negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang berakhlaq mulia, yang mempunyai keharmonisan keluarga, yang dekat dengan anak dan istrinya, yang mempunyai hubungan baik dengan para tetangga, yang memuliakan wanita dan kaum papa, betapa indahnya dunia. Saya jadi teringat cerita sederhana dari istri beliau.

"Ayahnya Khobab (ustadz Ahmad Heriawan) sangat suka sayur lodeh nangka. Suatu saat beliau meminta saya untuk memasaknya. Begitu tahu bahwa ternyata membuat sayur lodeh nangka itu membutuhkan proses yang begitu lama, beliau pun berkata, "Sudah Bu, sekali ini saja. Kalau tahu bahwa prosesnya begini lama, ayah tak akan meminta dibikinkan. Dari pada waktu demikian panjang hanya habis untukbikin sayur, mending buat baca atau untuk mengerjakan yang lain."

Nampaknya sangat sederhana, namun saya melihat ada satu hal yang luar biasa, tersirat dalam ungkapan itu, pemberian peluang yang luas bagi berkembangnya istri.

Saya memang harus banyakbelajar dari keluarga pimpinan saya yang sempat menjadi tetangga saya itu. Yang jika orang-orang terkenal memberikan tarif dalam ceramah-ceramahnya, beliau malah pernah menolak ceramah dengan bayaran cukup lumayan karena harus terikat dengan pola yang diterapkan penyelenggara. Maka jangan heran, jika kita mengundang beliau dan memberikan "amplop" dengan mengatakan uang transport, maka seluruh uang yang ada di dalam amplop itu akan beliau gunakan untuk membayar jasa transportasi, dan tak menyisakan untuk kantong beliau sendiri.

Ah, itukah sibghoh Alah? Sebuah generasi yang dijanjikan oleh Allah dalam surat Al-Maidah: 54 itu semoga kian dekat di sekitar kita, dan semoga memang sudah ada di sekitar kita.

Rezeki Milik Siapa?

Sosoknya tinggi besar, ada bekas sujud pada keningnya. Gaya bicara yang lembut tetapi tegas adalah ciri yang melekat padanya. Mantan aktivis PI (Pelajar Islam Indonesia) wilayah Jawa Tengah ini sudah berdakwah sejak remaja. Sosoknya yang sederhana, gampang belas kasih pada kaum dhuafa adalah sosok istimewa di tengah-tengah gemerlapnya fasilitas anggota Dewan. Ya, Pak Zubaair Syafawi kini adalah anggota legislatif DPRD I Jawa Tengah dari Partai Keadilan.

Tahun ini beliau dicalonkan menjadi Gubernur/wakil Gubernur Jawa tengah. Tahukan anda beliaulah calon Gub WaGub yg memiliki harta paling sedikit? Aset kepemilikan beliau ketika dihitung hanya sejumlah 20 juta! Tidak lebih! MasyaAllah. Saya tergugu mendengarnya.

Karena kebetulan saya dekat dengan keluarga beliau, saya tahu Pak Zubair dan Bu Dyah adalah sepasang suami-istri tangguh yang telah bertekad menginfakkan seluruh hidupnya untuk dakwah Islam dan tidak sedikit pun hendak mengambil rezeki lebih dari jalan dakwah yang beliau pilih.

Berputra hampir enam, rumah masih kontrak di daerah pemukiman padat, tidak memiliki kursi tamu sehingga setiap tamu diterima dengan lesehan, tidak memiliki kendaraan pribadi sehingga pergi kemanapun- termasuk ke kantor DPRD- memakai angkutan umum. Dan tahukan anda bahwa Pak Zubair hanya mengambil gaji dari Dewan secukupnya dan selebihnya selalu di berikan pada bendahara partai?

Ini adalah sepenggal kisah yang saya dengar sendiri dari istri beliau, Ibu Dyah Rahmawati, sepanjang perjalanan di wilayah barat Jawa Tengah.

“Bu Dyah, ceritakan pada saya tentang kemanfaatan harta duniawi,“ pinta saya pada beliau.

Beliau tersenyum sambil memandang mata saya,“ Harta duniawi itu kemanfaatannya tergantung pada kita. Kemanfaatannya terbagi menjadi tiga. Yang paling rendah adalah hisbusyaithan (jalan syetan), yaitu ketika kita tabsyir (menyia-nyiakan harta, bermegah-megah dan melupakan dhuafa).



Tingkat berikutnya adalah intifa’ (kemanfaatan), yakni ketika kita memiliki harta dan kemanfaatannya di rasakan oleh kita, keluarga sekaligus umat. Contohnya bila kamu punya mobil,“ katanya pada saya, “maka itu intifa’ ketika bermanfaat tidak hanya utk diri dan keluarga tetapi juga untuk dakwah. Nah, yang tertinggi itu fi sabililah, yakni seluruhnya untuk dakwah, kita mengambil secukupnya saja,sekadarnya“.

“Jadi ibu tidak pernah menabung? Untuk pesiapan sekolah anak-anak, misalnya?“ tanya saya gelisah.

Beliau hanya tertawa. Saya menyaksikan sendiri bahwa visi itu tidak sekedar visi, tetapi telah menjadi karakter pada diri beliau berdua. Suatu saat pak Zubair mendapatkan rezeki yang banyak, lebih dari kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Maka, beliau meletakkan rezeki itu di atas meja.

“Pak mengapa uang begitu banyak di letakkan begitu saja di meja?“ tanya Bu Dyah.

“Itu bukan rezeki kita Bu. Semoga nanti diambil oleh pemiliknya,“ kata Pak Zubair tenang. Beliau melanjutkan kesibukannya, demikian pula Bu Dyah yang telah cukup dengan keterangan Pak Zubair.



“Wa’alaykumussalam… monggo, pak…, lenggah rumiyen. Apa yg bisa dibantu, Pak?“

“Saya … tidak punya uang untuk menebus anak saya dari rumah sakit, Pak“.

Masih dengan senyum menenangkan, Pak Zubair mengambil uang yang sedari pagi tergeletak di atas meja. Utuh dalam amplopnya. “yang empunya rezeki sudah mengambil haknya, Bu,“ bisik Pak Zubair pada Bu Dyah.

Jumat, 22 Oktober 2010

Prajurit yang Ingin Memperoleh Kelulusan dengan Cepat

Seorang tentara Amerika yang baru saja terdaftar meminta Komandan agar bisa lulus ujian dalam waktu 3 hari.

Komandan mengatakan "Apakah kau gila, baru saja bergabung dengan tentara Amerika, dan sudah mau minta lulus dalam 3-hari? Anda harus melakukan sesuatu yang spektakuler untuk bisa memperoleh pengakuan itu!"

Jadi prajurit itu kembali sehari kemudian dalam sebuah tank Irak!

Komandan itu sangat terkesan, ia bertanya, "Bagaimana kau melakukannya?"

"Ya, saya melompat dalam sebuah tank, dan pergi menuju perbatasan dengan orang-orang Irak. Dan saya melihat sebuah tangki Irak. Aku mengibarkan bendera putih, tank Irak itu juga menaruh bendera putih ke atas. Saya berkata kepada prajurit Irak, "Apakah Anda juga ingin mendapatkan sertifikat kelulusan dalam tiga-hari? Jadi kita saling bertukar tank!"

Kisah Penulis Drama yang Tidak Mau Bayar Uang Kos

ejo seorang penulis naskah drama sedang berantem dengan bapak kosnya karena belum bayar kos-kosan.

"Tidakkah Bapak seharusnya bangga bahwa Saya tinggal di rumah ini?" kata Bejo memulai bujukannya. "Ingat, Pak, seratus atau bahkan dua ratus tahun mendatang orang-orang yang melewati rumah ini akan berkata 'Lihat, di rumah itulah almarhum Bejo si penulis drama pernah tinggal'. Bukankah itu merupakan kebanggaan buat keturunan Bapak?" bujuk Bejo.

Tidak terkesan mendengar bujukan Bejo, Bpk kos berkata, "Bejo, aku ngomong sekali lagi. Kalau elu nggak bayar sewa kos, maka besok pagi orang-orang sudah akan ngomong seperti yang lu bilang tadi, tidak perlu nunggu 100 tahun lagi!"

Kamis, 21 Oktober 2010

Kisah Malam Pertama Janda Kembang dan Duda

Tiga bulan setelah suaminya meninggal, Enny dijodohkan orang tuanya dengan Yopi, duda kampung sebelah. Meskipun sebetulnya masih berduka, Enny akhirnya setuju kumpul dengan Yopi.

Malam pertama mereka, Enny menunggu di tempat tidur, selimutan. Saat Yopi membuka selimut dia melihat Enny tanpa busana, tanpa bra, tapi mengenakan CD warna hitam. Enny bilang,

"Mas Yopi.. bibirku.. tubuhku.. dadaku.. milikmu sekarang.. tapi… maaf mas.. yang berpakaian hitam dibawah.. dia masih berduka cita.."

Yopi mikir sejenak, trus dia bilang.. "Nggak pa-pa say.. tapi sebentar ya.."

Yopi ke kamar mandi. Balik dari kamar mandi, dia sudah bugil dan hanya mengenakan kondom berwarna hitam sambil nyengir Yopi bilang,

"Say.. yang berpakaian hitam dibawah ini.. dia mau menyampaikan bela sungkawa sedalam dalamnya!!"

Selasa, 19 Oktober 2010

Antara dia dan ibuku

Angin yang bertiup kencang seakan tak mampu menyadarkan lamunan dari seorang gadis cantik yang bernama sandra. Berkali-kali air mata jatuh bagaikan bersayap, membahasi paras cantiknya. Terlihat sebuah...


Terlihat sebuah foto yang selalu digenggam di tangan kanannya. Kedua matanya yang indah seakan tak bisa berpaling dari menatap foto itu. Entah apa yang dipikirkannya, kemudian ia kembali menangis dan semakin menangis.

Ketika awan menghitam, seakan mengerti apa yang dirasakan oleh sandra. Terdengar suara pelan memanggil dirinya, "sandra kamu dimana?". Seorang ibu yang berpakaian rapi menghampirinya. Bergegas sandra langsung menghapus air mata yang perlahan mengalir di pipinya. "Kamu habis nangis ya nak?", tanya ibu sandra lagi. Tapi sandra tak menjawab dan hanya bergegas pergi. Sandra langsung berjalan berpaling dari ibunya tanpa sedikitpun senyum di wajahnya.

Ketika malam datang, suara nyanyian jangkrik terdengar seakan ingin menghibur hati dari sandra. Bulan yang bersinar terang pun seakan tak ingin menyaksikan kesedihan dari dirinya. Tapi seperti seorang yang telah putus asa, sandra tetap bersedih. Beberapa lama berselang, suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar sandra. Sandra pun lalu membukanya. "Kamu lagi apa nak?", tanya ibu sandra dengan senyum di bibirnya. Lagi-lagi sandra tak menjawab. Mungkin ibu sandra juga telah lelah menahan sabarnya, dan kemudian berkata lagi "apa ini karena ibu ngelarang kamu pacaran dengan dani?". Awalnya sandra hanya terdiam dan tertunduk dan perlahan berkata "ibu jahat!!!, kenapa ibu usir dani waktu dia datang kesini?, kenapa ibu larang aku pacaran ama dani?, aku ini bukan anak kecil lagi bu!!!", teriak sandra. "Kamu harus tahu nak, itu yang terbaik buat kamu", jawab ibu sandra dengan raut muka yang sedih.

Keesokan harinya, ketika embun pagi membasahi dinginnya hari, ibu sandra bergegas mengetuk pintu kamar sandra. Hampir 5 menit ibu sandra menunggunya di depan pintu, tapi sandra tak juga keluar dari kamarnya dan membuka pintu. Rasa penasaran yang begitu dalam, akhirnya ibu sandra memanggil tukang kebun mereka dan langsung membuka pintu itu dengan paksa. Terkejut dan sangat terkejut!!!, ketika melihat sandra tak ada di kamarnya, dan hanya secarik kertas putih yang telah dinodai dengan tulisan yang berbunyi "bu kayanya lebih baik jika aku pergi dari kehidupan ayah dan ibu, karena bagi aku jauh dari dani adalah suatu yang membuat aku sangat menderita". Membaca tulisan yang hitam ini, ibu sandra langsung terjatuh dan terbaring di lantai yang dingin tanpa sadarkan diri.

Tukang kebun yang melihat kejadian ini merasa panik!!!, dan langsung menghubungi nomor telepon dari sandra. Tapi berkali-kali di coba tak juga ada jawaban. Apakah sandra sengaja tak menjawabnya?. Ternyata di tempat lain sandra sedang asyik berkumpul dengan teman-temannya, membicarakan rencana mereka yang akan menghabiskan waktu sore bersama sang pacar.

"Hahahah...jadi gimana hubungan loe ama si dani san?", tanya seorang teman sandra yang bernama any. "Wah kayanya gua lebih milih dani daripada harus matuhin kata-kata kuno orang tua gua, ya ga!!!", kata sandra yang begitu semangat. Teman-teman sandra terdiam mendengar perkataan sandra tadi. "Jadi loe kabur dari rumah nie?", tanya any lagi. "kabur ga kabur, yang penting gua bisa bebas ama dani...hahahha...", kata sandra kegirangan.

Setelah mereka berbincang-bincang dengan obrolan yang ga jelas, tiba-tiba handphone sandra berdering, tapi sandra yang memperdulikannya. "Dari siapa san?, angkat donk kali aja penting", kata seorang teman sandra yang bernama nia. "Alah paling nyokap gua nyuruh gua pulang!!!, siapa suruh ngelarang gua ama dani!!!", jawab sandra ketus. Beberapa menit kemudian hp nia pun berdering, pertanda pesan masuk. "Dari nyokap loe nih", kata nia. "Udah cuekin aja", jawab sandra. "Yuk ah mending kita jalan ke mall, kalau ada sms dari nyokap gua lagi jangan peduliin!!!", kata sandra lagi.

Dua puluh menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah mall di kota itu, memang kebiasan cewek tak bisa dihilangkan, mereka pun bergegas menuju tempat shopping disana. "Sekali-kali bebas gini kan enak ya ga?", kata sandra dengan senyum di wajahnya.

Sandra dan teman-temannya sangat menikmati kebebasannya hari itu. Ketika mereka sedang asyiknya bercanda dan tertawa, nia melihat seorang cowok yang berpenampilan keren dan berwajah tampan sedang duduk sendiri sambil menikmati secangkir lemon hangat di mejanya.

"Ui...lihat tuh cowok cakep bener", kata nia. "Mana-mana?!!!?, kata sandra dan any serentak. Sandra lalu melihat sosok cowok itu dengan serius seperti ingin mendekati tubuhnya. "Eh itu kan cowok gua!!!, dani!!!", teriak sandra. "Masa sih?", tanya nia bingung. "Iya itu cowok gua, wah kayanya emang udah jalannya gua ketemu disini, udah jodoh kali ya, ga kan kan ke mana-manakan?, hahahah...gua kesana dulu ah", kata sandra yang tertawa kecil dan sambil melangkahkan kakinya ke arah dani. "Wu...dasar loe!!!", ledek teman-teman sandra. Tapi apa yang terjadi, ketika sandra hendak mendekati kekasih yang paling dicintainya, seorang gadis yang berambut panjang dan berwarna hitam langsung memeluk tubuh dani dan mengecup keningnya. Alangkah terkejutnya sandra, langkahnya pun terhenti, dan tak ada kata yang mampu diucapkannya. Perlahan air matanya berlinang jatuh mengalir ke pipinya. "Ternyata ibu benar", kata sandra dalam hati. Terdiam dan hanya terdiam, bagaikan seribu kata yang tak mampu diutarakan.

Melihat sandra yang sedang menangis, any dan nia pun bergegas menghampirinya, "Sand ama siapa tuh cowok loe!!!, mending kita samperin deh", kata nia yang terlihat marah. Ketika nia hendak berjalan menghampiri dani, tiba-tiba dering hp dari nia terdengar begitu keras. Langkah nia pun terhenti dan langsung membaca pesan yang tertulis di hpnya itu.

"Sandra kaya'nya loe harus baca deh", kata nia perlahan. "Dari nyokap gua ya?, udah jangan peduliin!!!", kata sandra sambil marah. "Loe harus baca dulu sand", kata nia lagi. "Gua kan udah bilang ama loe nia!!!, gua ga mau berurusan ama nyokap gua dulu!!!, gua lagi...",,,Belum habis kata-kata yang akan diucapkan oleh sandra. Nia lalu memotong perkataannya, "Diam dulu loe!!!, loe tahu ga kenapa hp loe dari tadi bunyi mulu!!!, baca ni!!!", teriak nia sambil memberikan hpnya kepada sandra. Sandra pun membaca tulisan yang ada di layar hp nia, di sana tertuliskan :

-Sms pertama-

"Sandra kamu lagi dimana?, ayah dan pak marno sedang ada di rumah sakit, ibu kamu terkena serangan jantung, sekarang lagi di rawat di icu. Dokter bilang kondisi ibu saat ini sangat kritis".

-Sms kedua-

"Kamu di mana nak?, apa kamu sedang asyik-asyikan ama dani sementara ibu kamu sedang koma kaya gini?"


-Sms ketiga-

"KAMU BENAR-BENAR KELEWATAN SANDRA!!!, TERSERAH KAMU MAU JALANI HIDUP SEMAU KAMU DENGAN SI DANI!!!, DAN AYAH YAKIN KAMU PASTI AKAN MENYESAL KETIKA KAMU TIDAK PEDULI DENGAN NASEHAT DARI IBU KAMU. ANAK DURHAKA!!!, SEMOGA KAMU SEDANG MENIKMATI APA YANG SUDAH KAMU PILIH, DANI MEMANG LEBIH BAIK UNTUK KAMU DARIPADA MELIHAT IBU KAMU UNTUK TERAKHIR KALINYA!!!, KARENA IBU KAMU SUDAH BERPULANG KE YANG MAHA KUASA".

The end...


Saya rasa kamu juga mengerti apa yang dirasakan oleh sandra, tidak perlu saya jelaskan bukan?. Semoga jangan sampai kisah ini terjadi bagi kita semua, untuk itu berhati-hatilah dalam mengambil suatu keputusan.

Beli Soto Ayam Tidak Ada Ayamnya

Ada seorang pembeli yang berantem dengan pedagang soto karena beli soto ayam, tetapi tidak ada ayamnya.

Pembeli: "Bang! Nih soto ayam, kok gak ada ayamnya???"

Pedagang: (sedang sewot) "Emangnya kalau kamu beli jambu monyet, ada monyetnya?"